Minggu, 26 Mei 2013

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA KONFLIK PERBATASAN DI THAILAND DAN KAMBOJA



PENDAHULUAN


A.   Alasan Pemilihan Judul

Wilayah kuil Preah Vihear merupakan sebuah wilayah yang terletak diperbatasan antara Kamboja dan Thailand, wilayah perbatasan ini sejak lama menjadi rebutan antara Kamboja dan Thailand. Sengketa teritorial Thailand – Kamboja di wilayah Kuil Preah Vihear masih berlanjut sampai sekarang, akan tetapi sampai saat ini baik Kamboja maupun Thailand masih sama-sama memegang prinsipnya mengenai kepemilikan wilayah Kuil Preah Vihear tersebut. Sengketa teritorial antara Kamboja dengan Thailand menarik untuk dibahas karena wilayah perbatasan tersebut memiliki arti penting bagi kedua negara karena di wilayah perbatasan tersebut terdapat situs Kuil Preah Vihear. Disamping itu, wilayah perbatasan ini kaya akan bahan tambang seperti batu mulia dan permata.

Sudah banyak perundingan – perundingan yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk menyelesaikan persengketaan tersebut, akan tetapi masih menemui jalan buntu dan sampai saat ini sengketa tersebut masih belum terselesaikan. Alasan itulah yang mendorong penulis untuk menetapkan “Sengketa Teritorial Thailand Kamboja atas Kepemilikan Wilayah Kuil Preah Vihear ” sebagai judul dari makalah ini.







B.     Latar belakang masalah

Kamboja dan Thailand merupakan negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Keduanya merupakan negara yang berbatasan secara langsung, yaitu wilayah Preah Vihear berbatasan dengan wilayah Sisaket di bagian Timur Laut Thailand. Wilayah Preah Vihear sejak lama menjadi rebutan antaran Kamboja dengan Thailand. Pada saat itu keduanya masih diduduki oleh Pemerintahan Perancis (Kamboja) dan Pemerintahan Siam (Thailand). Ini berawal dari perebutan Kuil Preah Vihear yang terletak di wilayah Preah Vihear.

Sengketa perbatasan antara Kamboja dan Thailand di wilayah Kuil Preah Vihear sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Pada tanggal 7 Juli 2008, Kuil Preah Vihear yang disebutkan terletak di wilayah Kamboja secara resmi masuk ke dalam daftar warisan dunia (Word Heritage List) yang dikeluarkan oleh UNESCO (United Nations Economic, Social and Cultural Organization). Langkah ini nampaknya tidak dapat diterima oleh Pemerintah Thailand yang menganggap masih ada ketidaksepahaman mengenai letak Kuil Preah Vihear yang sebenarnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Pemerintah Kamboja, pada tanggal 15 juli 2008 militer thailand telah memasuki wilayah kamboja di dekat kuial tersebut. Pada tanggal tanggal 21 Juli 2008, aktifitas militer Thailand semakin banyak lagi dikerahkan dan memasuki area Keo Sikha Kiri Svara Pagoda (Preah Vihear Pagoda).






C.    Rumusan masalah

Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya sengketa teritorial antara thailand-kamboja atas kepemilikan situs kuil Preah Vihear padahal mahkamah internasional sudah memutuskan wilayah tersebut milik kamboja dan sudah terdaftar sebagai warisan dunia oleh UNESCO?


















D.   Pembahasan

Kuil Preah Vihear adalah tempat suci yang terletak di perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Meski sekarang hanyalah berupa puing-puing bangunan, akan tetapi kuil ini masih mempunyai nilai arkeologis dan artistik yang sangat tinggi dan masih digunakan sebagai suatu tempat ziarah. Kuil Preah Vihear berdiri di suatu tanjung Preah Vihear yang terletak di sektor Timur wilayah pegunungan Dangrek dan secara umum terdapat batas antara kedua negara di dalam satu wilayah tersebut, yaitu Kamboja berada di Selatan dan Thailand berada di Utara. Kebanyakan daerah ini terdiri dari tebing curam yang sangat tinggi dan kasar menjulang di atas wilayah Kamboja yang datar.
 Ini adalah gambaran dari Kuil Preah Vihear dimana bangunan kuil utama berdiri di atas puncak kombinasi suatu potongan yang bersegi tiga dari landasan tinggi yang menonjol dari luar ke dalam. Dari tepi tebing yang curam mengarah turun dan menuju sungai Nam Moun yang berada di daerah Thailand. Gambaran ini menjadi jelas dimana garis perbatasan yang berada di tepi tebing curam jika ditarik garis lurus dari Selatan dan Timur dari Kuil Preah Vihear maka akan berujung di daerah Thailand namun jika garis itu ditarik dari Utara atau Barat maka garis batas kuil tersebut akan berada di wilayah Kamboja.
Pada periode antara tahun 1904-1908 Pemerintah Perancis (yang menjajah Kamboja dan mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1953) dan Pemerintah Siam sepakat untuk menetapkan garis batas kedua negara yang dituangkan dalam Perjanjian Franco-Siamese tanggal 13 Februari 1904. Pada Pasal 1 Perjanjian Franco-Siamese tanggal 13 Februari 1904 ini menjelaskan secara umum mengenai perbatasan antara Kamboja dan Siam, kemudian Pasal 3 pada perjanjian yang sama menjelaskan mengenai pembatasan kewajiban yang dilaksanakan oleh komisi pengawas yang terdiri atas gabungan pegawai yang diangkat oleh kedua negara-negara yang terikat kontrak. Mengenai wilayah Dangrek di dalam Pasal 1 menetapkan wilayah tersebut sebagai daerah batas garis air (watershed).
Suatu komisi gabungan telah dibentuk dan mengadakan pertemuan pertamanya pada bulan Januari 1905. Akan tetapi komisi gabungan ini tidak membahas daerah timur dari wilayah pegunungaan Dangrek hingga Desember 1906 (lokasi dimana Kuil Preah Vihear berada). Kemudian pada pertemuan kedua yang dilaksanakan bulan itu juga mempunyai agenda untuk menetapkan perbatasan wilayah di daerah timur dari wilayah Dangrek dan pada akhir bulan Januari 1907 Kementrian Perancis di Bangkok telah melaporkan kepada Menteri Luar Negerinya yang berada di Paris bahwa ia telah mendapat laporan dari Ketua Delegasi Perancis yang tergabung dalam komisi pengawas gabungan bahwa mereka telah menyelesaikan tugasnya. Selain dari notulensi pada pertemuan tanggal 2 Desember 1906 tidak ada data-data yang tertulis di dalam catatan-catatan komisi pengawas gabungan yang mampu menjawab permasalahan perbatasan di daerah ini. Komisi pengawas gabungan menyelenggarakan pertemuan terakhirnya pada tanggal 19 Januari 1907. Pemerintah Perancis dan Pemerintah Siam kemudian mengadakan perjanjian lanjutan pada tanggal 23 Maret 1907 dimana mereka membuat komisi pengawas gabungan yang kedua dan mempunyai tugas untuk menentukan perbatasan di bagian lain dari wilayah Dangrek.
Kegiatan yang selanjutnya dilaksanakan oleh komisi pengawas gabungan adalah persiapan untuk pembuatan peta. Pemerintah Siam meminta kepada Pemerintah Perancis untuk melakukan tugas ini karena mereka tidak memiliki fasilitas teknis yang diperlukan untuk membuat peta tersebut. Dari empat orang petugas Pemerintah Perancis yang ditetapkan untuk mempersiapkan peta, tiga orang diantara anggotanya adalah merupakan anggota dari komisi pengawas gabungan yang pertama yang didirikan berdasarkan Perjanjian tahun 1904. Beberapa peta telah dibuat dan dikirimkan pada tanggal 20 Agustus 1908 oleh Menteri Pemerintah Siam yang berada di Paris kepada Pemerintah Siam yang berada di Thailand. Salah satu dari peta-peta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Kuil Preah Vihear berada di dalam wilayah Kamboja dari garis batas antara Kamboja dan Thailand.
Tercatat bahwa sekitar seratus enam puluh peta yang asli telah diproduksi. Menteri Pemerintah Siam yang berada di Paris menyimpan dua lembar dari peta yang telah dibuat dan mengirimkan satu lembar dari setiap peta tersebut kepada menteri-menteri Pemerintah Siam yang berada di London, Berlin, St. Petersburg dan Washington. Lembaran peta yang tersisa (lima puluh peta yang asli diterima oleh Pemerintah Siam) telah dikirim ke Bangkok dan salinannya dibagi-bagikan kepada para anggota komisi pengawas gabungan dari Pemerintahan Siam. Kemudian Menteri Dalam Negeri Pemerintah Siam Pangeran Damrong, meminta kepada Kementerian Perancis di Bangkok untuk mengirimkan lima belas peta lagi sehingga bisa dikirimkan kepada para Gubernur di seluruh Siam. Pemerintah Perancis dan Pemerintah Siam juga membentuk komisi transkripsi gabungan di Bangkok untuk membantu Pemerintah Siam dalam mendapatkan layanan geografis dan untuk mengkonversi peta-peta tersebut ke dalam bentuk atlas yang mudah dilihat dan dipahami serta tidak ada perdebatan mengenai masalah kesalahan letak Kuil Preah Vihear tersebut.
Pada tahun 1930, Pangeran Damrong yang merupakan mantan Menteri Dalam Negeri dari Pemerintahan Siam dan selanjutnya pada saat itu menjabat sebagai President Royal Institute mengadakan perjalanan arkeologis ke Kuil Preah Vihear dan Pangeran Damrong diterima di kuil tersebut oleh Penduduk Perancis, dimana di dalam perjalanan yang dilakukan oleh Pangeran Damrong telah mengibarkan bendera Perancis di sekitar wilayah Kuil Preah Vihear dan tidak ada protes yang timbul dari Pemerintah Thailand mengenai hal tersebut.
Pada tahun 1934-1935, Pemerintah Thailand menyelenggarakan suatu survei atas wilayah Kuil Preah Vihear dan menyimpulkan bahwa ada divergensi atau perbedaan pendapat antara garis peta dan garis batas pada batas garis air di daerah Kuil Preah Vihear. Akan tetapi isu mengenai perbatasan tersebut tidak diangkat pada tahun 1937 ketika Pemerintah Perancis dan Pemerintah Siam merundingkan kembali suatu Perjanjian Persahabatan, Perdagangan, dan Navigasi pada tahun 1925 dan pada tahun 1937 Pemerintah Thailand membuat sebuah peta yang menunjukkan bahwa Kuil Preah Vihear terletak di wilayah Kamboja.
Pada tahun 1940, Pemerintah Thailand menduduki bagian-bagian tertentu dari wilayah Kamboja termasuk Kuil Preah Vihear. Pada tahun berikutnya Menteri Informasi dari Pemerintah Thailand menerbitkan suatu karangan atau artikel berjudul “Thailand Selama Masa Rekonstruksi Nasional”, dimana dinyatakan bahwa Kuil Preah Vihear “direbut kembali” oleh Pemerintah Thailand. Kemudian kedua belah pihak membentuk suatu komisi konsiliasi dan membentuk terms of references yang akan dibahas untuk membuat rekomendasi netral mengenai pengajuan keberatan dan proposal revisi dari Pemerintah Thailand antara lain mengenai hasil penyelesaian garis batas pada tahun 1904 dan 1907. Pemerintah Thailand pada saat itu telah membuat beberapa pengaduan di hadapan komisi konsiliasi akan tetapi Pemerintah Thailand sama sekali tidak mengangkat dan memunculkan permasalahan Kuil Preah Vihear dan bahkan menunjukkan kepada komisi konsiliasi bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja.
Pada tahun 1949, tidak lama setelah kesepakatan dari komisi konsiliasi mengenai penyelesaian garis batas yang telah dibicarakan pada tahun 1904 dan 1907, Pemerintah Perancis mengirimkan beberapa memorandum kepada Pemerintah Thailand untuk mempertanyakan keberadaan pasukannya yang berada di sekitar wilayah Kuil Preah Vihear sekaligus Pemerintah Perancis memberitahukan dan menjelaskan bahwa Kuil Preah Vihear terletak di wilayah Kamboja dan meminta informasi kepada Pemerintah Thailand atas kondisi disana, akan tetapi memorandum yang dikeluarkan Pemerintah Perancis tersebut diabaikan oleh Pemerintah Thailand.
Ketika Kamboja merdeka pada tahun 1953, Pemerintahan Kamboja memutuskan untuk mengirimkan para tentaranya ke Kuil Preah Vihear guna berjaga-jaga disekitar wilayah kuil tersebut dan menyatakan bahwa Kuil Preah Vihear berada di wilayah Kamboja. Ketika Pemerintah Kamboja menemukan bahwa para tentara militer dan penjaga yang dikirim dari Pemerintah Thailand telah berada di sana, kemudian Pemerintah Kamboja menarik para tentaranya itu. Selanjutnya Pemerintah Kamboja mengirimkan memorandum kepada Pemerintah Thailand yang isinya mempertanyakan tentang para tentara militernya yang berada di wilayah Kuil Preah Vihear, akan tetapi memorandum yang dikirim oleh Pemerintah Kamboja tidak terlalu direspon oleh Pemerintah Thailand.
Untuk menghindari permasalahan mengenai keberadaan pasukan penjaga yang dikirim oleh Pemerintah Thailand ke wilayah Kuil Preah Vihear kemudian Pemerintah Kamboja kembali mengirimkan memorandum kepada Pemerintah Thailand yang menyatakan untuk sementara waktu Pemerintah Kamboja tidak akan mengirimkan para tentara militernya ke kuil tersebut. Tampak dari kronologi timbulnya sengketa Kuil Preah Vihear kedua belah pihak tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk membenarkan keberlakuan kedaulatannya atas kuil tersebut. Penjelasan mengenai siapa yang berhak atas kuil tersebut adalah dengan melihat karakter dari lokasi sengketa yang sangat terpencil dan sulit dijangkau, hal ini dipaparkan dengan baik oleh Sir Gerald Fitzmaurice di dalam pendapat terpisahnya, sebagai berikut :
Menggambarkan posisi yang jelas atas Kuil Preah Vihear adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan dengan hanya mendasarkan pada lokasi kuil tersebut. Kuil ini berada di dataran Kamboja, namun kuil tersebut menghadap ke arah Thailand. Pintu masuk utamanya berasal dari Thailand akan tetapi ada juga akses dari arah Kamboja dan akses ini sulit untuk dilewati karena medan yang sangat curam dan akses ke kuil juga dapat dilakukan dengan pendakian beberapa ratus meter. Akan tapi kesulitan akses untuk menuju ke Kuil Preah Vihear tidak hanya ditemui pada sisi Kamboja saja, ada banyak bukti dalam dokumen yang menjelaskan bahwa hutan yang sangat lebat di sebelah Utara kuil (Thailand) mempunyai konsekuensi, bahwa harus ada persiapan khusus untuk melewati area tersebut, yaitu dengan membersihkan jalan dan juga membuka hutan. Halangan tersebut diperkirakan jauh lebih ringan dibandingkan dengan halangan yang ada pada area Kamboja, tetapi kesimpulan yang jelas adalah meskipun untuk alasan yang berbeda dan cara yang berbeda, akses untuk menuju kuil tersebut tidaklah mudah dari kedua wilayah itu, meskipun hal itu tetap saja mungkin dilakukan dari kedua area dan juga bisa dilalui dari keduanya, akan tetapi dengan waktu dan kesulitan yang berbeda pula.
Segala macam upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kamboja dan Pemerintah Thailand untuk meredam ketegangan yang terjadi di perbatasan kedua negara tersebut dengan melakukan upaya diplomatik yaitu berupa negosiasi yang dilaksanakan di Bangkok pada tahun 1958 namun usaha ini gagal dan tidak membuahkan hasil yang positif, akhirnya kedua negara sepakat untuk menyerahkan sengketa Kuil Preah Vihear ke hadapan Mahkamah Internasional.



Dalam kasus ini terdapat sengketa teritorial antara kamboja-thailand, kamboja mendasarkan argumennya pada peta (annex I map ) yang dibuat oleh penjabat prancis pada tahun 1907 yang beberapa diantaranya adalah anggota Mixed Commission yang dibentuk berdasarkan Boundary Treaty antara France dan siam tanggal 13 februari 1904. Pada peta ini, daerah dangrek yaitu lokasi dimana kuil Preah Vihear terletak berada dalam wilayah kamboja. Thailand di lain pihak beragrumen bahwa peta tersebut tidaklah mengikat karena tidak dibuat oleh anggota mixed commission yang sah. Lebih lanjut, garis perbatasan yang digunakan dalam peta tersebut adalah berdasarkan watershead line yang salah dan bila menggunakan watershed line yang benar maka kuil preah vihear akan terletak di dalam wilayah thailand. Pada saat mahkamah internasional memutuskan bahwa kuil tersebut tersletak di kamboja pemerintah thailand tidak mengajukan keberatan apapun terhadap letaknya kuil preah vihear, dimana dapat disimpulkan kegagalan thailand menyatakan keberatannya saat kesempatan tersebut ada membuat thailand kehilangan hak untuk menyatakan bahwa pihaknya tidak terikat pada peta annex I map. Dan juga mayoritas hakim berkesimpulan bahwa adalah tidak penting lagi untuk memtuskan apakah watershead line yang dipergunakan dalam peta sebagaimana annex I map telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kesimpulan terakhir inilah yang masih belum dapat diterima oleh thailand yang tetap berpendapat bahwa telah terjadi kesalahan watershead line dalam pembuatan peta namun tidak diperiksa hakim mahkamah internasional karena dianggap tidak penting lagi. Pada tanggal 15 oktober 2008 terjadi insiden tembak-menembak yang sebenarnya bisa dikatakan sebagai akibat dari keengganan mahkamah internasional untuk memeriksa kembali apakah watershead line yang dipergunakan dalam pembuatan peta telah sesuai atau tidak dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga masalah ini menjadi isu yang selalu terbuka untuk diperdebatkan oleh pihak yang bersengketa. Namun  berdasarkan pasal 94 piagam PBB, masuknya militer thailand ke dalam wilayah kamboja sebagaimana tertuang dalam annex I map dapat dianggap sebagai ketidakpatuhan terhadap putusan mahkamah internasional. Selanjutnya kamboja bisa saja membawa permasalahan ini kepada dewan keamanan PBB untuk mendapatkan penyelesaian.

Kemudian perundingan anatara kamboja dan thailand mengalami kegagalan untuk mengakhiri sengketa soal kuil di perbatasan. Dalam kasus ini perhimpunan bangsa-bangsa asia tenggara ( ASEAN ) mendesak thailand dan kamboja agar menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh dan bisa menahan diri. ASEAN menawarkan diri untuk membantu mengatasi ketegangan di antara mereka. Sekjen ASEAN menyatakan phnom penh juga membatah mengadu atau meminta intervensi dewan keamanan PBB untuk menyelesaikan persengketaan sebuh kuil di perbatasan kamboja-thailand. Kedua negara ini dikenal sama-sama memiliki kekayaan warisan budaya dunia berbasih bangunan candi hindu dan buddha. Kuil preah vihear yang sekarang disengketa merupakan salah satu simbol keagungan budaya masa lalu. Namun sengketa di lahan seluas 4,6 kilometer persegi di kuil preah vihear tidak pernah diperkirakan muncul kembali dalam bentuk setajam ini yang sampai mengarah ke pengerahan pasukan seperti saat ini. Dalam beberapa uraian di atas dapat dijelaskan sengekta teritorial thailand-kamboja atas kepemilikannya wilayah kuil preah vihear dimana thailand dan kamboja mengklaim bahwa wilayah kuil preah vihear merupakan bagian atas kepemilikan wilayah dari masing-masing negara dan adanya perbedaan presepsi anatara kamboja-thailand di dalam penyelesaian sengketa kuil preah vihear juag termasuk pertentangan di dalam penyelesaian sengketa tersebut. Sikap kamboja dan thailand dapat dilihat dalam usahan penyelasian dimana kedua negara tetap berpegang teguh pada pendiriannya masing-masing. Kamboja menginginkan penyelesaian melibatkan ASEAN, namun thailand berkeberatan sengeketa tersebut diangkat sebagai masalah internasional. Pertentangan di dalam penyelesaian itu dilihat dari adanya pertentangan-pertentangan antara kelompok yang ada di dalam negeri kamboja maupun thailand. Dimana di dalam negeri thailand adanya pertentangan dari kalangan aktivis thailand dan begitu juga yang terjadi di dalam negeri kamboja.



















E.   Kesimpulan

Kesimpulan dari pebahasan di atas adalah hingga kini upaya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi di perbatasan kedua negara yakni Thailand – Kamboja masih tetap dilakukan dengan negosiasi dan juga melibatkan pihak internasional seperti Mahkamah Internasional, serta pihak ASEAN sendiri juga turut membantu dalam penyelesaian sengketa ini, namun penyelesaian ini belum menemui titik terang hingga kini dan nampaknya akan semakin berlanjut ke tahap selanjutnya. Namun optimisme yang tinggi telah ditunjukkan oleh kedua negara dalam mengupayakan penyelesaian sengketa ini.

















F.    Daftar Pustaka
·         “Sengketa kuil thailand-kamboja,kompas,5 agustus 2008
·         “Kamboja-thailand tetap siagakan pasukan”,suara merdeka,22 juli 2008
·         BN.Marbun, S.H.,Kamus politik,pustaka sinar harapan,1996,h.341
·         James E.Daugherty and robert L, pfilzgraff, jr., conten theories of international relationas,harper collins publishers, inc,1996, p. 187








Tidak ada komentar:

Posting Komentar